Monday, July 28, 2008

Iklan Roncar Anti Maling : Kampungan atau Strategi ???

Pada suatu siang di daerah pertokoan alias ruko (yang mungkin kantor pusatnya si Roncar), terdapatlah sebuah mobil kijang kapsul warna biru tua diparkir. Tiba-tiba datanglah dua orang menaiki sepeda motor (Klo gak salah mereknya Honda Astrea Grand) berboncengan menghampiri mobil kijang tersebut. Dengan gerak gerik yg terlihat mencurigakan, mengenakan kacamata hitam, si maling turun dari motor sambil celingak-celinguk kiri kanan mengawasi keadaan. Padahal jelas-jelas bisa kita lihat disekitarnya banyak orang seliweran. Lalu ia memperagakan seperti orang yangg sedang membuka kunci mobil, padahal jelas di tangannya dia tak memegang apapun. Dengan “cuma” memutar-mutar tangan di depan lobang kunci pintu mobil tiba-tiba mobilnya terbuka (lho..kok bisa ya?). Pas dia lagi mencoba menyalakan mobil, tiba-tiba alarm mobil tersebut bunyi. Seorang wanita mengenakan kacamata setengah gelap keluar dari dalam pertokoan sambil cengar-cengir. Lalu wanita tersebut menghampiri si Maling sambil cengar-cengir juga dan berkata "kasiaaan de lu...." (trus ngomong apa gitu, pokoknya nunjukin kartu Roncar deh). Si maling kabur menghilang entah kemana. Lalu setelah wanita itu memasukan kartu ke slot yg ada di sebelah kunci kontak, alarm mobil itu pun tak bunyi lagi. Tiba-tiba sekonyong-konyong datang mobil (kemungkinan besar model Atoz) warna biru menghampiri mobil wanita tersebut. Dari kaca sebelah kiri mobil atoz tersebut, kaca dibuka, dan nampak seorang bapak-bapak beruban (bukan bapak saya lho..) yang tak jelas dari mana asalnya, dan berkata (klo ga salah) "Roncar ya? saya juga pakai". Lagi-lagi, tiba-tiba entah dari mana muncul seorang wanita menaiki sepeda motor (aduh….lupa nih merek motornya) berhenti di antara wanita yang naik kijang dengan bapak-bapak yang naek Atoz. Si wanita yang naik motor juga ngomong, tapi ngomong apa gue lupa, pokoknya intinya dia juga pake Roncar lah. Trus si wanita yg naek motor bilang "Da..!!" Dan si wanita yg naik motor cabut. "Da..!!" kata si bapak yg naik atoz dan ia pun cabut. Setelah itu si wanita yang naik kijang mulai deh promosi Roncar.


Pernahkah Anda melihat tayangan seperti di atas ?


Ya pastinya anda tahu kalau tayangan di atas tak lain dan tak bukan adalah iklan si roncar anti maling


Bagaimana pendapat anda tentang iklan tersebut ?


Ketika saya coba tanyakan pada teman-teman saya, komentar yang keluar pun beragam dan rata-rata atau mungkin semuanya adalah komentar negatif. Ada yang bilang buruk, jelek, kampungan, murahan, jadul, malu-maluin dan tak ada satupun yang berkomentar positif.


Iklan ini sendiri menurut gue ada beberapa hal yang janggal kalau kita logika seperti :


Ø Kalau jadi malingnya, pas pemiliknya pamer kartu roncarnya pasti langsung gue rebut tu kartu terus gue bawa kabur tu mobil pake kartunya.

Ø Kalau gue jadi pemilik mobilnya, gue akan langsung nelpon polisi atau paling nggak teriak ada maling, bukannya malah pamer kartu roncar.


Terlepas dari pendapat saya di atas, yang jelas menurut saya jika dilihat dari sisi seni maka saya sangat yakin bahwa iklan RONCAR adalah produk gagal! Sama sekali tidak punya rasa seni jika dibandingkan dengan iklan-iklan lainnya terlepas dari alasan tak punya dana mepet atau memang strategi. Iklan ini hanya akan mengingatkan kita pada iklan-iklan jaman bahula alias tahun 90-an dimana saat itu hanya ada satu stasiun televisi saja yaitu TVRI.


Roncar gak modal ??? Hmmm tidak juga.


Meskipun iklan Roncarnya itu sendiri mungkin (bisa dibilang memang) dibuat dengan low budget tetapi banyak penjelasan yang bisa membuktikan bahwa perusahaan pemilik si Roncar ini bukanlah perusahaan murahan. Durasi yang cukup lama, penempatan iklan di area primetime, dan frekuensi penayangan yang cukup intense di televisi-televisi swasta terkemuka itu dijamin memakan budget sangat besar! Apalah artinya jika dibandingkan dengan Biaya Produksi iklan (berdurasi kurang dari 5 menit) yang saya pikir tidak akan sebesar biaya penayangan iklan yang frekuensinya lumayan intense. Yang pasti, terlepas dari semua celaan dan kritik terhadapnya, Iklan ini kemudian menjadi sangat populer dan menjadi buah bibir ribuan atau mungkin jutaan pemirsa televisi! Bagaimana tidak, scene yang dibuat mengada-ada, pemilihan cast yang asal-asal, alur cerita yang tidak masuk akal, hingga Art of Photography yang seadanya!


Lantas, apa efek dari pembuatan iklan yang asal-asalan ini? Menurut saya ada satu hal yang pasti! Roncar telah melakukan strategi positioning yang sangat mengena. Ingat, Ketika kita sudah ikut-ikutan menilai, menngejek, atau menertawakan iklan ini, apa yang terjadi? Otomatis di luar kesadaran kita, iklan ini sudah menempatkan namanya dalam memori pikiran kita, sehingga begitu dihadapkan dengan kata-kata seperti Alarm Mobil, Anti Maling, atau Chip Pengaman Mobil maka yang pertama kali terlintas di benak kita adalah RONCAR. Sama seperti AQUA yang memiliki positioning air minum dalam Kemasan, atau mungkin SANYO dengan positioning pompa airnya.


Untuk persoalan etika-pun, Roncar nyaris tak tersentuh. Meski ada satu hal yang mengganjal hati saya, benarkah Roncar adalah yang yang pertama di dunia? Apakah memang negara-negara maju di dunia seperti AS atau Jerman belum bisa membuat alat seperti itu? Jika bukan, maka ini bisa dianggap sebagai pelanggaran etika periklanan. Lebih jauh lagi, Roncar bisa dianggap melakukan penipuan publik.


Entah disengaja atau tidak, Langkah Roncar untuk berfokus kepada strategi positioning sebenarnya sangat tepat. Produk Roncar adalah produk chip anti-maling pertama yang beriklan sedemikian bombastis. Wajar saja kalau kemudian iklan ini lalu begitu dikenal di seantero Indonesia.


Hidup ROOOOOOOOOOOOOONNNCAAAAAAAAAAAAAAAAAARRR……………………$#$@$#%$


NB : Bagi yang belum pernah lihat iklan RONCAR Anti maling silahkan kunjungi youtube.com dan masukkan keyword roncar.

Kontroversi EYD : -Au-tonomi atau –O-tonomi

Karena mengikuti tradisi, penyimpangan makna dari penyerapan kata-kata asing terus berlangsung. Kesalahan makna dalam dunia ilmiah atau akademik mengakibatkan kesalahan pemahaman. Sayangnya banyak akademisi meneruskan kesalahan makna atas dasar alasan pragmatisma atau kepraktisan.


Salah satu contohnya adalah penggunaan kata otonomi sebenarnya sudah banyak dijumpai dalam masyarakat kita. Namun banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa kata otonomi sendiri sebenarnya merupakan penyerapan dari kata autonomy. Beberapa hal yang harus dijadikan dasar untuk menjawab masalah ini yaitu kaidah penyerapan dan makna asli dalam bahasa sumber. Berikut adalah aturan dari PUPI dalam penyerapan kata autonomy :


- Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas tiga golongan besar.

- Pertama unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya, misalnya, sirsak, iklan, dongkrak, pikir dll


Dalam pedoman penyerapan dalam butir yang sama ditunjukkan au tetap menjadi au. Alasan kaidah ini adalah bahasa Indonesia mengenal vokal rangkap au selain oi dan ai. Istilah-istilah yang telah atau seharusnya mengikuti kaidah ini sehingga merefleksi keintelektualan bahasa

Istilah-istilah yang telah atau seharusnya mengikuti kaidah ini sehingga merefleksi keintelektualan bahasa adalah :


Istilah dalam bahasa Inggris

Seharusnya menjadi

Bukan

Audience

Audiensi

Odiensi

Audio

Audio

Odio

Audit/auditor

Audit/Auditor

Odit/oditor

Audition

Audisi

Odisi

Austronesia

Austronesia

Ostronesi

Autonomy

Autonomi

Otonomi



KBBI sendiri menyarankan penulisan beberapa kata seperti berikut ini :


Otobigrafi menjadi autobiografi


Otodidak menjadi autodidak


Untuk kata autonomi, sebenarnya bukan masalah au tetap au melainkan kata auto yang merupakan kata terikat (proleksem) yang mempunyai arti “sendiri” sehingga penulisannya serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sebaiknya proleksem auto tetap diserap menjadi “auto” agar makna “sendiri” tidak hilang dan unsur keintelektualan bahasa tetap melekat. Makna asli menjadi hilang karena terdapat kata “oto” yang berarti kain penutup dada bayi. Kata oto berasal dari ungkapan Jawa : kathok, klambi, oto.


Istilah autonomy mempunyai kedudukan yang lebih istimewa sebagai suatu istilah ilmiah, akademik atau kepemerintahan daripada kata yang lain. Istilah yang mempunyai kedudukan semacam itu sebaiknya tidak mengandung kesalahan atau merupakan penyimpangan kaidah. Kata autonomi akan lebih menunjukkan keintelektualan bahasa daripada kata otonomi meskipun telah terlanjur melekat pada kita, merambah ke segala penjuru dan tentunya lebih enak didengar. Lebih dari itu, karena kedudukan yang istimewa tersebut, orang sering menurunkan istilah dasar bentuk istilah menyimpang yang mempunyai kedudukan istimewa. Gara-gara autonomy diserap menjadi otonomi, bisa-bisa Australia diserap menjadi Ostrali.


Biarlah kata otonomi atau autonomi bersaing hingga pada saatnya nanti salah satu akan ditinggalkan lantaran keintelektualan bahasa bukan pragmatisma sehingga akhirnya terjadi konvergensi menuju ke autonomi. Semoga! Sumonggo!


Dikutip dari Seri Bahasa SWD 11 karangan Dr. Suwardjono, M.Sc, dosen FEB UGM


NB : Karena ini merupakan masalah tata bahasa yang baik dan benar maka terpaksa saya juga harus memakai kata-kata yang sesuai dengan EYD.

Aburizal Bakrie : Orang Terkaya se-ASEAN, Prestasi atau Ironi

Majalah terkemuka Forbes Asia mengeluarkan daftar orang terkaya Indonesia 2007. Yang mengejutkan, keluarga Menteri Kesejahateraan Rakyat (Kesra) Aburizal Bakrie atau akrab dipanggil Ical menempati ranking pertama, dengan total kekayaan 9,2 miliar dolar (sekitar Rp 85,5 triliun) atau naik hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya (Kerja seumur hidup pun bagi gue belum tentu dapet 1%....hiks..hiks). Angka ini mengalahkan konglomerat Eja Tjipta Widjaja, dua bos kelompok PT Djarum yaitu Budi Hartono dan Michael Hartono, serta pemilik PT Gudang Garam Rachman Halim.

Menurut Globe Asia, dengan jumlah kekayaan sebanyak itu, berarti kekayaan mantan anggota MPR RI (1993-1998) ini lebih “wah” dibandingkan dengan harta kekayaan Robert Kuok (orang terkaya di Malaysia - memiliki 7,6 miliar dolar AS), Teng Fong (terkaya di Singapura - memiliki 6,7 miliar dolar AS), Chaleo Yoovidya (terkaya di Thailand - memiliki 3,5 miliar dolar AS), dan Jaime Zobel de Ayala (terkaya di Filipina – memiliki 2 miliar dolar AS). Dari manakah Ical memiliki kekayaan yang melimpah ruah?


Di bawah grup perusahaan Bakrie yang dipimpinnya, Ical mempunyai beragam bidang usaha: pertambangan batubara, perkebunan, minyak, properti, telekomunikasi, dan media massa. Di tahun 2008 ini saja, kabarnya, perusahaannya mendulang keuntungan yang tidak sedikit dari melonjaknya harga energi dan komoditas. Kalau angka yang dimunculkan Forbes Asia benar, harta kekayaan keluarga Ical setara dengan defisit di APBN 2008 akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia. Dengan demikian Ical dan keluarganya punya posisi tawar yang sangat kuat di negeri ini.


Aburizal Bakrie boleh berbangga dengan penobatan dirinya sebagai orang terkaya di Indonesia dan se-Asia Tenggara. Tapi, yang menjadi kebanggaan itu sejatinya bukanlah semata-mata terletak dari besarnya kekayaan yang dimiliki. Melainkan, lebih kepada prestasi dalam membangun serta memajukan beragam bidang usaha.


Posisi Ical di Partai Golkar pemenang Pemilu 2004 juga tak boleh dianggap remeh. Kapasitas sebagai politisi di partai besar memberikan kontribusi tak sedikit bagi Ical dalam memainkan peran sebagai orang berpengaruh.


Terbukti ketika Presiden SBY melakukan dua kali reshuffle kabinet, Ical tak tersentuh. Padahal, menjelang SBY melakukan reshuffle jilid II pada awal 2007, sebagian kelompok masyarakat dan media massa memasukkan namanya sebagai sosok yang patut di-reshuffle. Ia hanya digeser dari posisi sebagai Menteri Koordinator Perekonomian ke Menko Kesra.


Bidang kesra lebih banyak bertumpu pada pengeluaran biaya, sedangkan bidang perekonomian berkonsentrasi bagaimana mengingkatkan pendapatan negara baik dari sektor pajak maupun nonpajak. Oleh karena itu posisi Ical di bidang kesra tidak begitu pas, sehingga banyak kritik dilontarkan ketika pemerintah harus menangani bencana alam.


Begitu pula kasus luapan lumpur Lapindo di kawasan Porong, Sidoarjo, yang lebih dekat dengan urusan bidang kesra, sama sekali tidak tampak peran Aburizal Bakrie. Tak heran Presiden SBY beberapa kali harus turun tangan sendiri untuk menyelesaikan masalah menyangkut ganti rugi. Apalagi PT Lapindo Brantas Inc merupakan perusahaan patungan grup Bakrie dengan Medco sehingga muncul anggapan Ical ingin memanfaatkan posisinya di pemerintah untuk menyelamatkan Lapindo dari berbagai kewajiban. Bahkan muncul anggapan, harta kekayaan keluarga Bakrie akan berkurang sangat drastis untuk membiayai berbagai dampak yang timbul akibat luapan lumpur panas tersebut.


Melihat data yang dirilis Forbes Asia, kekayaan keluarga Ical bukannya anjlok tetapi justru naik empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, tidak ada alasan buat keluarga Ical untuk lari dari tanggungjawab terhadap korban lumpur dan rusaknya infrastruktur di Jawa Timur.
Selama ini Aburizal menyebut, perhatian yang diberikan oleh keluarga terhadap para korban lumpur sudah lebih dari cukup. Namun
dalam kenyataannya dapat kita lihat nasib para korban lumpur yang memprihatinkan dan dalam tekanan yang sangat berat sedangkan masalah ganti rugi itu sendiri belum menemui titik terang hingga saat ini.


PERNIKAHAN “WAH” KELUARGA BAKRIE

Baru-baru ini ada berita cukup spektakuler dari keluarga Bakrie. Salah satu keturunan Bakrie, akan menggelar pesta pernikahannya di bulan Juni nanti. Tak tanggung-tanggung, biaya pernikahannya menelan lebih kurang 10 Milyar rupiah!


Dengan sangat eksklusifnya, ia meminta Preston Bailey untuk mengurusi pernikahannya. Untuk bunganya saja, ia menghabiskan 1 Milyar rupiah. Menurut kabar yang beredar, untuk mahkota yang nanti dikenakan Adinda, berharga 3 Miliyar Rupiah sedangkan kalung yang (katanya) merupakan hadiah dari sang ayah (kalau kata Adinda, "..murah kok...") berharga 2 Miliyar rupiah.


WOW! FANTASTIS!


Sungguh Ironis rasanya! Di tengah teriakan dan isak tangis para korban Lapindo, keluarga Bakrie justru 'membuang uang' sebanyak 10 Miliyar rupiah untuk sebuah pernikahan. Saya berpikir, terbuat dari apa ya hati keluarga Bakrie? Indra Bakrie sebagai pemilik saham terbesar atau bisa juga dikatakan sebagai pemilik PT Lapindo seakan lepas tangan dari tanggung jawab moral kepada para penduduk Lapindo yang sampai saat ini masih terlantar. Saya tidak menyebutnya lari dari tanggung jawab, tapi apa iya bisa disebut wajar disaat ia harus bertanggung jawab pada masyarakat Lapindo, ia malah membuat sebuah pesta anaknya sebesar 10 Milyar rupiah? Oke lah itu Adinda adalah anaknya, tapi menurut hemat saya, kalau saja ia berbaik hati menyumbangkan setidaknya 1 Milyar rupiah pada masyarakat Lapindo, paling tidak para pengungsi Lapindo bisa merasakan makan yang lebih layak selama satu - dua minggu. Ironis memang, di tengah pesta yang mewah, ribuan orang mungkin sedang menghirup gas metan berbahaya di Sidoarjo.


Tentunya kita bangga mempunyai anak bangsa yang sukses dalam bisnis dan usaha. Tetapi apa gunanya kita bangga kalau kesuksesan yang kita dapatkan diraih di atas penderitaan orang lain ?